Home / NEWS / ILMIBSI Tegaskan Sikap: Selamatkan Warisan Budaya, Kawal Reformasi

ILMIBSI Tegaskan Sikap: Selamatkan Warisan Budaya, Kawal Reformasi

MALANG, obyektif.tv – Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra se-Indonesia (ILMIBSI) menegaskan empat sikap resmi dalam kongres nasional yang digelar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (UB), Malang, Rabu (3/9/2025). Organisasi mahasiswa lintas perguruan tinggi itu menyatakan komitmennya mengawal demokrasi sekaligus melindungi warisan budaya bangsa di tengah situasi sosial-politik yang memanas.

Koordinator Pusat ILMIBSI, Dedek Wiradi, menyampaikan bahwa aksi demonstrasi merupakan hak konstitusional rakyat. Namun ia mengingatkan kebebasan berekspresi tidak boleh bergeser menjadi tindakan anarkis yang merusak situs budaya dan identitas bangsa.

“Merusak cagar budaya sama artinya dengan merobek identitas kolektif bangsa. Itu bukan hanya menghilangkan artefak sejarah, tetapi juga menghancurkan memori kebangsaan,” tegasnya.

Empat sikap resmi ILMIBSI yang dihasilkan kongres:

  1. Menghormati Hak Demokratis Rakyat. Demonstrasi dijamin konstitusi, tetapi kebebasan itu tidak boleh digunakan untuk menghancurkan warisan peradaban bangsa.
  2. Mengecam Keras Vandalisme dan Perusakan Cagar Budaya. Setiap tindakan anarkis yang merusak situs sejarah dipandang melukai rasa kebangsaan.
  3. Berkomitmen Mengawal Pelestarian Warisan Budaya. ILMIBSI menegaskan peran aktif mahasiswa budaya dalam riset, diskusi akademik, edukasi publik, dan kampanye kesadaran budaya.
  4. Menggugat Represi, Mengawal Reformasi. ILMIBSI mengkritik kekerasan aparat terhadap demonstran dan menegaskan pentingnya menjaga semangat reformasi untuk mewujudkan keadilan serta menghentikan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

ILMIBSI juga menyoroti insiden yang menimpa Museum Bagawanta Bhari di Kediri, pembakaran Gedung Grahadi dan Polsek Tegalsari di Surabaya, serta berbagai vandalisme lain terhadap cagar budaya. Mereka menilai peristiwa tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap sejarah dan jati diri bangsa.

Menurut Dedek, peran mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra tidak hanya terbatas pada ruang akademik, melainkan juga sosial-politik.

“Kami percaya kebudayaan bukan hanya warisan, tetapi juga pijakan untuk membangun masa depan. Merusak cagar budaya sama dengan mengkhianati generasi mendatang,” pungkasnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *