Home / VIDEO / Wayang Potehi: Warisan Akulturahi Yang Harus Dijaga

Wayang Potehi: Warisan Akulturahi Yang Harus Dijaga

SEMARANG, obyektif.tv – Dalam rangka menyambut 620 tahun kedatangan Laksamana Cheng Ho di Semarang, Kelenteng Tay Kak Sie menggelar pertunjukan Wayang Potehi di halaman kelenteng yang terletak di Gang Lombong No. 62, Kauman, Semarang Tengah, Senin (28/7/2025).

Pertunjukan wayang khas Tionghoa ini akan digelar selama tiga Minggu ke depan, sejak tanggal 28 Juli ini. Setiap harinya pementasan wayang potehi di bagi menjadi dua sesi: sore pukul 15.00–17.00 WIB dan malam pukul 19.00–21.00 WIB.

Wayang Potehi yang dimainkan mengangkat kisah-kisah dari masa kerajaan-kerajaan Tiongkok kuno. Menurut dalang Sugiyo Waliyo, yang akrab disapa Subur, cerita-cerita tersebut sarat pesan moral dan nilai budaya.

“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa segala bentuk keburukan pasti akan kalah oleh kebaikan,” ujarnya.

Dalang kelahiran Sidoarjo Jawa Timur ini menambahkan, di Kota Semarang, khususnya di Kelenteng Tay Kak Sie, pertunjukan Wayang Potehi rutin digelar dua kali dalam setahun, yakni untuk merayakan kedatangan Kongco Poo Seng Tay Tee (Dewa Obat) dan Kongco Sam Po Tay Djien (Laksamana Cheng Ho).

“Biasanya kami tampil selama tiga minggu,” katanya.

Dalang Wayang Potehi, Sugiyo Waluyo saat pementasan wayang potehi di Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang.

Namun demikian, Subur mengakui bahwa keberadaan Wayang Potehi di Semarang belum begitu populer. Bahkan, upaya untuk mewadahi minat generasi muda dalam mempelajari seni tradisi ini masih sangat terbatas.

“Kalau di Semarang ini tidak ada. Tapi kalau di Jombang itu ada. Jadi disana itu ada yang merekrut anak-anak yang minat belajar wayang potehi,” ungkap Subur.

Ia berharap Wayang Potehi ke depan bisa semakin berkembang, mengingat pertunjukan ini merupakan bagian dari akulturasi budaya yang perlu dijaga. Ia juga mendorong seluruh elemen masyarakat untuk turut melestarikan keberadaan Wayang Potehi dan memberi ruang bagi generasi muda agar keberlanjutan seni tradisi ini tetap terjaga.

“Saya berharap wayang potehi harus tetap maju, karna ini adalah bagian dari budaya kita. Dan saya berharap ada regenerasi dari anak2 dan wayang potehi tetap lestari,” pungkasnya.

Wayang Potehi merupakan pertunjukan boneka tradisional Tionghoa yang kerap dipentaskan di Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang. Seni pertunjukan ini merupakan bagian dari warisan budaya Tionghoa yang dibawa oleh para perantau ke Indonesia, dan kini menjadi wujud nyata akulturasi budaya. Di Tay Kak Sie, Wayang Potehi tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga dipersembahkan untuk para dewa sebagai bagian dari ritual keagamaan serta bentuk nyata pelestarian budaya leluhur. ***

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *