SURABAYA, obyektif.tv – Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra se-Indonesia (ILMIBSI) mengecam keras tindakan represif aparat kepolisian yang menyebabkan tewasnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang terlindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta, Kamis (28/8/2025) malam. Pernyataan itu disampaikan dalam aksi solidaritas di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (29/8/2025).
Koordinator Pusat ILMIBSI, Dedek Wiradi, menilai demokrasi Indonesia tengah berada di titik nadir. Menurutnya, DPR gagal menyuarakan kepentingan rakyat karena sibuk dengan kepentingan elite, sementara aparat kepolisian justru semakin brutal dalam menghadapi suara kritis masyarakat.
“Rezim semakin anti-kritik, dan ruang demokrasi kian sempit. Ini bukan sekadar krisis politik, tetapi ancaman nyata terhadap kebebasan sipil dan martabat rakyat,” ujarnya.
Dalam sikap resminya, ILMIBSI menyampaikan empat poin tuntutan. Pertama, mengecam tindakan represif aparat terhadap massa aksi. Kedua, mendesak Polri bertanggung jawab penuh atas gugurnya Affan Kurniawan dengan memecat serta menghukum tujuh anggota yang terlibat. Ketiga, menuntut reformasi internal Polri agar kembali menjalankan tugas mengayomi rakyat. Keempat, meminta DPR RI membuka ruang dialog terkait kenaikan tunjangan fantastis bagi anggotanya.
Aksi yang digelar bersama mahasiswa dari Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, serta sejumlah pengemudi ojek online itu semula berlangsung damai. Namun, situasi sempat memanas ketika massa mencoba mendobrak pagar Grahadi hingga berujung bentrokan dengan aparat. Polisi kemudian menyemprotkan air dari water cannon untuk membubarkan kerumunan. Sejumlah sepeda motor di halaman gedung terlihat ikut terbakar. ***