SEMARANG, obyektif.tv – UKM Sangkatama Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menggelar Lomba Karawitan tingkat SMA/SMK/MA sederajat se-Jawa Tengah dengan tema “Nguri-nguri Budaya Kanggo Kapribaden Mudha-Mudhi” di Balairung UPGRIS, Rabu (27/8/2025). Ajang ini menjadi wadah generasi muda untuk mengembangkan potensi, karakter, dan kecintaan terhadap budaya Jawa melalui seni karawitan.
Sebanyak 130 peserta dari berbagai sekolah mengikuti kompetisi tersebut, sebelum terpilih 18 terbaik dan kemudian mengerucut menjadi 6 finalis. Mereka adalah SMA Negeri 1 Randublatung, SMA Negeri 2 Purworejo, SMA Negeri 1 Surakarta, SMK Negeri 1 Kedung Jepara, SMK Batik Surakarta, dan SMA Negeri 2 Temanggung.
Sekretaris Panitia Lomba Karawitan UKM Sangkatama 2025, Widia Rahma Pangestu, menegaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk melestarikan budaya sekaligus memberi ruang bagi generasi muda menyalurkan bakatnya.
“Kalau dilihat sekarang anak-anak SMA sudah jauh dari budaya. Rencana kita mengadakan lomba karawitan ini supaya mereka punya wadah untuk menyalurkan bakat di bidang seni, khususnya karawitan,” ujarnya.

Widia berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.
“Harapannya tahun depan kegiatan ini bisa terus diadakan. Anak-anak tetap semangat menjadi generasi penerus bangsa yang melestarikan budaya,” tandasnya.
Proses penjurian dilakukan oleh tiga tokoh karawitan dan budaya, yakni Bambang Sulanjari (akademisi Upgris), Raden Tumenggung Suradji Hadi Kusumo (pendiri Paguyuban Puji Langgeng Semarang), serta budayawan Srihadi Guno Pandoyo. Kriteria penilaian mencakup aspek laras, leres, dan rempeg, baik dari sisi vokal maupun permainan instrumen.

Hasil akhir menempatkan SMA Negeri 1 Surakarta sebagai Juara 1 dengan nilai 747, disusul SMA Negeri 1 Randublatung di posisi kedua (721), dan SMA Negeri 2 Temanggung di posisi ketiga (687). Para pemenang masing-masing mendapatkan trofi, plakat, serta uang pembinaan mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta.
Nathanael Satriya, perwakilan tim SMA Negeri 1 Surakarta, mengaku bangga atas capaian tersebut meski dihadapkan pada tantangan koordinasi lintas angkatan.
“Pastinya senang banget dan bangga bisa juara. Kendalanya ada tiga angkatan berbeda, termasuk kelas 12 yang harus fokus sekolah. Tapi dukungan guru sangat membantu, sehingga kami bisa tampil maksimal,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekar Kalyana dari tim yang sama berharap kegiatan serupa terus berlanjut dengan ruang lingkup lebih luas.
“Terima kasih kepada UPGRIS yang sudah mengadakan lomba ini. Semoga tahun depan tidak hanya karawitan, tetapi juga ada macapat dan kesenian lain. Ini penting untuk pengembangan potensi generasi muda,” katanya.
Panitia berharap ajang tahunan ini dapat terus bergulir sebagai bagian dari upaya mencetak generasi penerus bangsa yang bangga dan konsisten melestarikan budaya. ***