SEMARANG, obyektif.tv – Pemerintah Kota Semarang mengukuhkan ratusan Srikandi Pangan sebagai ujung tombak dalam gerakan edukasi ketahanan pangan. Diikuti perwakilan dari 177 kelurahan, 16 kecamatan, pengurus PKK, anggota legislatif, hingga organisasi kepemudaan.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menjelaskan bahwa Srikandi Pangan terdiri dari unsur pemerintah hingga tingkat akar rumput, mulai dari wali kota, ketua tim penggerak PKK, istri camat, lurah, hingga ketua RT dan RW.
“Mereka memiliki tanggung jawab menjaga empat pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, akses, keanekaragaman pangan lokal, serta keamanan pangan,” ujar Agustina, Selasa (19/8/2025).
Menurutnya, keberadaan Srikandi Pangan juga diharapkan mampu mengubah perilaku konsumsi masyarakat, termasuk mengurangi praktik pemborosan makanan.
“Gerakan food waste and loss sebenarnya sudah berjalan, tetapi skalanya masih terbatas. Dengan Srikandi Pangan, makanan yang terselamatkan bisa lebih banyak,” katanya.
Selain itu, Agustina menekankan peran Srikandi Pangan dalam mengedukasi masyarakat tentang keamanan pangan.
“Kami ingin bersama-sama mencegah beredarnya makanan berbahaya agar masyarakat terlindungi,” imbuhnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Endang Sarwiningsih Setyawulan, menambahkan bahwa Srikandi Pangan juga diharapkan menjadi teladan bagi masyarakat, khususnya dalam pola konsumsi bergizi seimbang.
“Mereka bisa menjadi role model bagi anak-anak terkait prinsip B2SA, yakni beragam, bergizi, seimbang, dan aman,” ucapnya.
Endang juga menilai Srikandi Pangan memiliki peran strategis dalam aspek distribusi pangan. Salah satunya dengan mengaktifkan kios pangan di lingkungannya agar bergabung dalam jejaring koperasi merah putih.
“Masyarakat juga perlu dibiasakan untuk tidak boros, makan secukupnya, tidak membuang makanan, bahkan bisa berbagi,” ujarnya.
Ke depan, Pemkot Semarang berencana memperluas gerakan ini dengan melibatkan lebih banyak organisasi dan perangkat daerah.
“Kami berharap Srikandi Pangan menjadi motor penggerak ketahanan pangan hingga tingkat keluarga,” tutur Endang. ***